Cari Artikel

Unknown

Reality show merupakan acara TV yang sedang menjadi trend setahun belakangan ini. Ketenaran reality show bertambah terlebih ketika munculnya tayangan T*r*e*ek-M*h*k yang disiarkan di stasiun T*a*sTV. Dalam sekejab T*r*e*ek-M*h*k menjadi tontonan wajib rakyat Indonesia pada hari Sabtu dan Minggu malam.

Namun, setelah beberapa bulan penayangan acara T*r*e*ek-M*h*k, banyak kalangan yang menilai bahwa program reality show seperti T*r*e*ek-M*h*k terkandung banyak unsur kebohongan. Jika memang ada unsur kebohongan atau “bikinan” dalam acara ini, maka acara ini bisa dikategorikan ke dalam pembohongan publik karena pihak stasiun TV mengklaim sebagai reality show atau program acara yang menyajikan tontonan yang real atau sesuai dengan aslinya dan bisa juga dikategorikan sebagai film dokumenter yang tidak diskenariokan atau direncanakan.

Setelah beberapa rekan mengatakan bahwa acara T*r*e*ek-M*h*k terkandung unsur kebohongan, saya mulai mengamati secara seksama acara T*r*e*ek-M*h*k dari episode ke episode. Setelah menyaksikan, mengamati, dan menganalisa sekitar 30 episode T*r*e*ek-M*h*k, saya memiliki sebuah analisa yang bisa pula disebut sebagai sebuah kesimpulan.

Acara reality show T*r*e*ek-M*h*k memang merupakan sebuah acara yang berdasarkan sebuah kenyataan namun dalam pembentukan alur ceritanya memang banyak dimanipulasi sebagai upaya untuk menjadikan acara ini lebih menarik.

Maksud dari tulisan saya diatas adalah benar bahwa T*r*e*ek-M*h*k mencari seseorang yang hilang dan orang-orang yang mencarinya pun memang benar-benar mencari orang yang hilang tersebut. Hal ini disimpulkan dari pertemuan kedua belah pihak yang biasanya penuh dengan kesedihan. Ingat bahwa jika itu merupakan bikinan, sangat sulit untuk mencari dan melatih (bisa dibilang) artis amatir untuk akting sebaik itu apalagi mengingat bahwa salah satu bagian dari seni teater atau biasa disebut dunia akting adalah kemampuan sang aktor/aktris untuk “menangis” dan mereka biasanya hampir selalu menangis dalam adegan pertemuan. Logika kedua adalah bahwa T*r*e*ek-M*h*k merupakan 100% kebohongan itu mustahil. Mengapa mustahil? Karena tidak mungkin T*r*e*ek-M*h*k “menyewa” sekian banyak aktor/aktris yang harus selalu diganti karena tentu akan menjadi masalah semisal ada penonton TV yang menyadari bahwa orang yang ditayangkan sudah pernah ada. Lagi pula jika T*r*e*ek-M*h*k memang “menyewa” sekian banyak aktor itu pun mustahil karena jika ada 10 orang yang terlibat tiap episodenya dan tiap minggu 2 episode, maka berapa banyak orang yang harus “dijaga” agar tidak menyebarkan “kebohongan” T*r*e*ek-M*h*k?

Dari logika tersebut, dapat disimpulkan bahwa hampir tidak mungkin bahwa scene tersebut merupakan bikinan. Satu-satunya yang masuk di akal adalah bahwa itu memang asli atau benar adanya.

Lalu muncul pertanyaan, kalau begitu mengapa banyak yang berkata bahwa T*r*e*ek-M*h*k berbohong? Seperti yang sudah dijelaskan di atas, 100% berbohong mustahil. Namun tidak sepenuhnya berbohong, sangat mungkin. Saya akan menjelaskan secara logika bahwa T*r*e*ek-M*h*k memang mengandung unsur kebohongan.

Acara T*r*e*ek-M*h*k juga sebenarnya sedikit tidak mungkin jika mereka benar-benar asli reality show karena hampir sepanjang ingatan saya, T*r*e*ek-M*h*k selalu memberikan cerita yang luar biasa dan tidak terduga apalagi dengan frekuensi yang 2 kali 1 minggu, berarti mereka harus membereskan 1 kasus maksimal 3 hari yang menurut saya sangat sulit untuk dilakukan. Tetapi jika memang itu yang terjadi tentu kru T*r*e*ek-M*h*k adalah orang-orang yang luar biasa karena dapat menyuguhkan tontonan semacam itu 2 kali 1 minggu dan juga mereka sangat hebat karena semua pencarian berujung pada cerita yang luar biasa dan tidak terduga.

Pada adegan-adengan tertentu T*r*e*ek-M*h*k juga sering “loss control” terhadap jalan cerita yang mereka buat. Karena sulit untuk menjelaskannya saya akan memberikan sebuah contoh yaitu pernah ada sebuah adegan diamana tim dari T*r*e*ek-M*h*k mengejar seseorang yang menaiki sebuah tangga Bus Way dan naik sebuah Bus TansJakarta lalu mereka mengintrogasi orang yang dikejar tersebut di dalam Bus TansJakarta yang sedang berjalan.

Setelah dianalisa, saya menemukan banyak sekali kejanggalan dalam adegan tersebut. Kejanggalan yang pertama yaitu pada saat sang kameraman sedang mengejar sambil merekam kru yang juga sedang mengejar orang tersebut. Yang janggal di sini adalah dari awal menaiki tangga sampai hampir sampai ke loket Bus Way, jarak mereka cukup jauh lalu adegan itu dipotong dan dilanjutkan adegan mereka berlari dan tiba-tiba saja mereka sudah dalam jarak yang sangat dekat bahkan hampir bersamaan ketika memasuki Bus TansJakarta.

Kejanggalan yang kedua, yang menurut saya sangat fatal, adalah bahwa mereka semua masuk ke dalam Bus TansJakarta yang baru saja datang tanpa membeli dan membayar tiket! Dan yang lebih anehnya lagi, tidak ada satupun dari pihak TransJakarta yang mempermasalahkan hal itu.

Kejanggalan yang ketiga adalah di dalam Bus TansJakarta mereka beradu perkataan dengan sangat keras, namun baru setelah keributan itu berlangsung cukup lama baru ada orang yang entah dari pihak TransJakarta atau penumpang di situ yang menanyakan ada masalah apa di situ. Ekspresi dari orang yang bertanya tersebut juga terlalu biasa untuk sebuah keributan sebesar itu, orang itu bertanya dengan santainya bahwa ada masalah apa itu dan hanya dengan 1-2 kalimat orang tersebut puas dan pergi. Yang anehnya lagi beberapa orang di dalam bus tersebut tertangkap kamera dan dari penumpang-penumpang tersebut banyak yang tidak mengindahkan keributan tersebut yang menurut saya sangat tidak wajar jika ada seseorang yang sedang ribut besar di sebuah bis sambil membawa kamera dan mereka hanya melirik dan tidak perduli dengan semuanya itu sampai mereka turun dari Bus TransJakarta. Hal ini sangat tidak wajar.

Kejanggalan yang keempat adalah ketika orang yang dikejar tersebut turun dari bus, dia kembali kabur dan dikejar. Setelah tertangkap dan diintrogasi, dia kembali berlari dan kabur. Padahal dalam setiap pengambilan gambar, pihak T*r*e*ek-M*h*k tentu harus selalu mengonfirmasi apakah mereka bersedia untuk ditampilkan di TV atau tidak. Tetapi dalam hal ini orang tersebut langsung kabur dan mungkin tidak akan bertemu lagi.

Itu adalah kejanggalan T*r*e*ek-M*h*k yang sangat “kelihatan” dalam adegan-adegannya. Sebenarnya masih banyak lagi kejanggalan-kejanggalan yang tidak bisa saya jelaskan satu per satu. Namun jika Anda kritis dan selalu berpikir menurut logika, pasti akan sangat banyak hal yang tidak wajar dalam adegan-adegan T*r*e*ek-M*h*k, seperti pengambilan gambar yang mustahil jika tidak direncanakan, ekspresi orang yang tidak kaget karena kamera, sampai keanehan dalam memasuki rumah seseorang yang terkadang “seenaknya” dan seperti sudah direncanakan sebelumnya dan masih banyak lagi. Jika sikap kritis anda muncul dan sudah terlatih, akan sangat banyak kejanggalan yang anda temukan di hampir setiap adegan T*r*e*ek-M*h*k.

Dari semua yang telah saya paparkan di atas, dapat saya prediksi secara logika bahwa memang T*r*e*ek-M*h*k benar-benar mencari seseorang, namun mereka membuat seuatu konflik-konflik untuk membuat cerita tersebut menjadi lebih menarik. Sebagai contoh jika X mencari Y dan menanyakan ke Z tentang Y, dan Z memberi tahu begitu saja, maka adegan tersebut menjadi tidak mencarik, maka dibuatlah cerita agar Z menolak untuk memberi tahu atau bahkan marah dan mengusir contohnya.

Menurut semua yang sudah dipaparkan, jika T*r*e*ek-M*h*k mengklaim bahwa itu adalah acara reality show asli, maka itu merupakan sebuah kebohongan publik menurut saya.

Namun di atas itu, semuanya tergantung dari anda sendiri dalam menanggapinya. Cara yang paling aman adalah bijak-bijaklah dalam memilih acara TV yang bermutu dan tidak membuat pembodohan bagi bangsa ini. (NL)

Pensensoran terhadap nama sebuah institusi dan acaranya dilakukan sebagai bentuk kekecewaan dari adanya UU ITE yang memasung kebebasan berpendapat. Baca juga: Undang-Undang ITE, Mengkhianati Reformasi dan Memasung Demokrasi di Indonesia

Label: , edit post
3 Responses
  1. Anonim Says:

    Thank you so much.
    Keluarga gue paling doyan acara termehek0mehek.
    Gue udah muak. Thanks . ini jadi info buat ngebuktiin bahwa reality show ga bisa dipercaya 100 persen sebagai acara yang real.


  2. Anonim Says:

    bener tu..emg trans tv sebagai stasiun penyiarnya...audisi pemain2nya bwt acra gtuan hampir tiap minggu..gue aja dulu sempat casting..katanya sih lumayan duwitnye buat makan 300 rb an lah....


  3. edwar fauzan Says:

    halah itumah alasan klasik.
    sudah jelas itumah di buat-buat


Posting Komentar