Perlu diketahui, hampir seluruh dunia pada saat ini telah memasuki era globalisasi termasuk Indonesia. Perdagangan antar negara menjadi sangat bebas dan mudah. Salah satu fenomena yang ditimbulkan dari globalisasi 20 tahun belakangan ini adalah penanaman modal di berbagai negara.
Suatu perusahaan yang dahulu membuat semua produknya di dalam negeri mulai keluar dari negaranya untuk mencari negara lain yang memiliki tenaga kerja yang lebih murah merujuk kepada efisiensi produksi. Perusahaan-perusahaan dari negara maju berlomba-lomba memindahkan produksinya ke negara dengan tenaga kerja yang lebih murah. Dan ternyata hal ini membawa efek positif terhadap perusahaan. Perusahaan dapat memproduksi barang yang sama dengan biaya yang jauh lebih murah daripada jika diproduksi di dalam negeri.
Efeknya? Tentu saja negara-negara yang maju tersebut 'kehilangan' pabrik-pabriknya yang menyebabkan meledaknya pengangguran di negara tersebut, Jepang contohnya, pada waktu awal globalisasi, Jepang menikmati kejayaannya, namun setelah penanaman modal di negara lain menjadi trend, pabrik-pabrik produksi di Jepang banyak yang ditutup dan dipindah ke negara lain yang menyebabkan meledaknya pengangguran yang menjadi salah satu faktor memburuknya perekonomian Jepang.
Namun di lain pihak, negara-negara dengan tenaga kerja murah mengalami kemajuan luar biasa karena derasnya aliran modal dari luar negeri yang masuk ke negaranya. Ambilah contoh China, dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun, China berevolusi dari negara miskin menjadi negara super kaya dengan cadangan devisa terbesar di dunia melebihi Amerika Serikat.
Masih banyak lagi negara-negara yang sangat menikmati era globalisasi ini sebutlah negara India yang perlahan tapi pasti menuju kemajuan, Brazil, Malaysia, Filipina, dan Vietnam. Tetapi, dimana Indonesia?
Perlu diingat Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia dan dengan tenaga kerja yang murah juga. Tetapi mengapa Indonesia justru tertinggal dengan negara lain di saat negara lain yang serupa dengan Indonesia menikmati globalisasi ini? Sedangkan jika dilihat secara garis besar, Indonesia seharusnya sangat strategis sebagai 'teman' dari China dan India sebagai tempat primadona untuk investasi, rakyat banyak – tenaga kerja murah. Terlebih Indonesia juga memiliki tempat yang strategis, lebih strategis dibanding India. Tetapi mengapa?
Jawabannya adalah karena Indonesia sangat-sangat tidak nyaman digunakan untuk sarana investasi yang akar permasalahannya karena satu kata, KKN. KKN yang sangat parah di kalangan birokrasi menyebabkan perusahaan asing cukup bingung dan dipusingkan karenanya. Segala sesuatu izin yang diproses di Indonesia ini memerlukan 'amplop' untuk menyelesaikannya. Michael Backman dalam bukunya Asia Future Shock yang membahas tentang kebangkitan negara-negara di Asia menyebutkan bahwa gerbang kemajuan negara Asia di dunia adalah pada sekitar tahun 2020. Jika gerbang itu tertutup, maka akan sulit negara tersebut untuk maju. Ia menyebutkan juga bahwa Indonesia sebenarnya punya potensi yang sangat besar untuk maju, namun ia menyoroti satu hal yang menyebabkan Indonesia akan sulit untuk maju, korupsi. Lanjutnya, korupsi menyebabkan tenaga kerja yang murah di Indonesia ini tidak menjadi murah karena banyaknya uang-uang 'liar' yang harus dibayarkan dan memiliki jumlah yang tidak sedikit. Ini yang menyebabkan investasi di Indonesia menjadi tidak murah lagi bahkan menjadi sangat mahal dibanding negara lain, masih diperparah lagi karena Indonesia sendiri tidak terlalu welcome terhadap investasi dari luar, jika di negara lain sebuah perusahaan ingin berinvestasi diberikan segala kemudahan, di Indonesia sebaliknya yang menyebakan kaburnya investor-investor asing ke negara lain seperti China atau Malaysia. Michael Backman mengatakan, pilihannya tinggal dua, jika Indonesia dapat mengatasi masalah korupsinya sebelum 'pintu kemajuan' tertutup, Indonesia akan menjadi negara maju, namun jika tidak bisa, Indonesia akan tetap seperti sekarang dan akan lebih sulit lagi untuk menjadi negara yang maju.
Bahkan Presiden AS, Barack Obama pun menyoroti hal ini. Obama dalam bukunya Audacity of Hope (Menerjang Harapan), menceritakan khusus tentang Indonesia dan masa kecilnya pada awal buku sebanyak +/- 10 halaman. Ia menyebutkan hal yang cukup memprihatinkan dari Indonesia adalah maraknya korupsi, ia mengambil contoh bahwa aparat keamanan sekalipun (polisi) dapat diberi imbalan tertentu untuk melakukan hal tertentu. Dan ia juga berkesimpulan sama bahwa masalah yang sangat pelik dan menyebabkan terhambatnya kemajuan Indonesia adalah korupsi.
Korupsi benar-benar menghancurkan Indonesia. Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah dengan mengajarkan ke generasi berikutnya untuk tidak melakukan budaya ini lagi. Jika Indonesia dapat mengatasi hal ini, niscaya Indonesia akan menjadi negara yang lebih maju daripada sekarang. (NL)