Tewasnya gembong teroris nomor satu di Indonesia, Noordin M Top, patut kita syukuri. Tidak lupa,kita juga harus memberikan apresiasi yang sebesar-besarnya bagi kepolisian yang telah bekerja luar biasa untuk meberantas para pelaku terorisme di Indonesia.
Kita jangan lengah, masih banyak di luar sana orang yang merupakan kaki tangan Noordin M Top yang masih berkeliaran. Bahkan orang-orang yang bisa dibilang sekelas dengan Noodin, seperti Zulkarnaen, Dulmatin, dan Umar Patek, masih belum tertangkap sampai sekarang. Walaupun mereka diisukan berada di luar negeri (Filipina contohnya), namun tetap saja, mudah bagi mereka untuk kembali lagi ke wilayah Indonesia dan menjalankan aksinya terlebih jika mereka menyadari bahwa di Indonesia harus ada pemimpin baru pengganti Noordin.
Ada suatu pemikiran saya pribadi bahwa aksi teror yang terjadi di Indonesia 10 tahun belakangan ini bukan merupakan aksi teror yang belandaskan agama untuk menentang dunia barat. Mengapa? Saya memunyai alasan tersendiri untuk argumen saya ini.
Pada awalnya, saya mengira mungkin para teroris ini memang ingin menentang barat. Namun, semakin ke sini, saya semakin ragu dengan tinkah laku mereka. Dilihat dari Bom Bali 1, Bom Kedubes Australia, dan Bom Bali 2, dimana korbannya mayoritas orang asing dan tempatnya memang tempat berkumpul orang asing. Memang terlihat bahwa sasaran mereka merupakan barat. Tetapi semakin ke sini, sasaran mereka semakin aneh dan tidak jelas, pada Bom Kuningan, Bom J.W. Marriott, dan Bom Marriott-Ritz Carlton, mayoritas korban adalah orang Indonesia, bahkan pada bom yang terakhir itu, korban asingnya hanya satu orang! Namun, mengapa mereka masih melakukan itu dimana korban mayoritas orang Indonesia? Dan mereka benar-benar menyadari itu. Dan mengapa harus mengambil momen 1 hari sebelum klub bola Manchester United datang? Mengapa mereka tidak menunggu sampai MU datang lalu membomnya, tentu akan lebih banyak koban asing, namun mengapa mereka tidak melakukan itu? Tentu akan sangat aneh jika mereka berkata ingin menentang barat. Namun, di sini (Bom Marriott-Ritz) sangat-sangat terlihat bahwa mereka punya kepentingan membuat citra Indonesia tidak aman dan buruk di mata dunia.
Itu alasan pertama, alasan kedua adalah, mengapa harus selalu Indonesia? Mengapa tidak Negara-negara lain? Suryadarma Salim, mantan ketua Densus 88 Antiteror berkata bahwa Indonesia merupakan negara yang mudah untuk mereka kuasai, dimana pengamanan tidak terlalu tinggi dan orangnya mudah didoktrin untuk melakukan sesuatu. Saya katakan tidak! Mungkin ada yang pernah ke Marriott atau Ritz Carlton? Bisa dilihat di situ ketatnya pengamanan, tetapi mereka tetap cerdik dan tetap dapat menjalankan aksinya. Bagi saya, kalau mereka bisa melewati pengamanan kedua hotel terkenal itu, mereka bisa melewati pengamanan di hampir seluruh gedung di dunia, karena pengamanan sekelas kedua hotel itu termasuk tinggi.
Namun kenapa Indonesia? Suryadarma Salim mengatakan karena orang Indonesia mudah direkrut dan didoktrin, menurut saya ini ada benarnya tetapi tidak sepenuhnya, lihatlah Malaysia, Turki, Mesir, dan masih banyak negara lainnya, apakah orang-orang mereka sebegitu sulitnya direkrut? Misalkan Malaysia, buktinya adalah Noordin dan Azahari saja orang Malaysia dan mereka bisa dengan mudahnya direkrut Al-Qaeda untuk menjadi teroris bahkan menjadi teroris yang luar biasa, mengapa mereka tidak menjalankan aksinya di negara mereka sendiri?
Jika kita gabungkan semua alasan dan pertanyaan-pertanyaan di atas, kita akan menemukan suatu benang merah: Malaysia punya struktur ras yang hampir sama dengan Indonesia, mereka juga mayoritas beragama Islam, bahkan mereka lebih keras dan agama lain sulit berkembang di sana. Di Malaysia pun peranan barat jauh jauh lebih tinggi daripada di Indonesia, di sana investasi asing sangat tinggi dan banyak sekali turis asing. Tetapi, mengapa di Malaysia TIDAK pernah ada bom SATU KALI PUN? Pasti Anda bisa menyimpulkan sendiri.
Akhirnya saya membuat suatu hipotesa dari semua kejadian ini. Jadi, aksi teroris di Indonesia khususnya dunia pada umumnya, terbagi menjadi 3 strata kepentingan dalam satu hirarki jaringan terorisme.
1. Strata pertama adalah strata pelaksana dimana mereka memang didoktrin untuk melakukan jihad, dan mereka benar-benar bermaksud untuk melawan barat. Mereka-mereka ini adalah pelaksana lapangan dalam pengeboman dan pembantu-pembantunya.
Strata ini ada pada Noordin M. Top dan Azahari ke bawah. Dimana otaknya adalah Osama bin Laden dalam jaringan Al-Qaeda.
2. Strata kedua adalah strata pemikir, dimana mereka ingin menghancurkan dan menjelekkan citra Indonesia di mata dunia. Mereka memilih Indonesia karena Indonesia memiliki peranan yang tinggi di dunia, mereka merupakan pemikir yang merancang segala sesuatunya atas keinginan strata di atasnya untuk menjelekkan Islam. Strata ini mungkin berkisar sekitar 2-3 tingkat di atas Noordin atau 1 tingkat di atas Osama bin Laden.
3. Strata ketiga sebenarnya dekat hubungannya dengan strata kedua, mereka adalah strata penyulai dana, dimana mereka adalah sebenarnya sekumpulan orang-orang super kaya di dunia ini, yang memunyai kepentingan politik tinggi, yang ingin menjelekkan Islam di dunia ini. Bahkan menurut hipotesa saya, mereka sebenarnya adalah orang-orang barat sendiri, namun kepentingan mereka di dunia ini sangat rahasia, bahkan FBI atau Presiden AS pun tidak mengetahui hal ini.
Sekian hipotesa dari saya, memang semua ini hanya perkiraan dan memerlukan pembuktian, namun, semua ini tentunya dapat dijadikan sebagai bahan pemikiran kita untuk melanjutkan Indonesia kearah yang lebih baik. (NL)
Beri Komentar ..